MAHAKAMA– Lampu kota New York City memang terang. Tapi di balik kilau itu, banyak warganya kesulitan bertahan hidup. Di tengah krisis biaya hidup, harapan baru muncul lewat Zohran Mamdani. Ia terpilih sebagai wali kota New York City dalam pemilu pada Selasa (4/11) waktu setempat. Kemenangannya bersejarah karena ia menjadi Muslim pertama yang memimpin kota terbesar di Amerika Serikat.
Mengutip AFP (3/11/2025), Mamdani adalah sosialis berusia 34 tahun, lahir di Uganda dan besar di New York. Selama kampanye, ia fokus pada penurunan biaya hidup warga kota. Pendekatannya yang santai dan gaya komunikasinya yang dekat dengan anak muda membuatnya populer di media sosial.
Menurut quick count NBC News (3/11/2025), Mamdani meraih 677.615 suara atau 49,6 persen. Andrew Cuomo berada di posisi kedua dengan 568.488 suara atau 41,6 persen. Selisih kemenangan Mamdani hanya sekitar delapan persen. Curtis Silwa di posisi ketiga dengan 108.377 suara atau 7,9 persen.
Kemenangan Mamdani atas politikus senior seperti Cuomo disebut bisa memicu gesekan politik dengan Presiden Donald Trump. Sebelumnya, Trump sempat menyebut akan memotong dana federal untuk New York jika Mamdani menang. “Jika kandidat komunis Zohran Mamdani memenangkan pemilihan wali kota, saya mungkin hanya akan menyalurkan dana federal paling minimal untuk kota yang saya cintai,” tulis Trump di Truth Social, dikutip dari The Guardian. Meski mendapat ancaman itu, warga New York tetap memilih Mamdani, menandakan bahwa isu biaya hidup lebih penting daripada ancaman politik.
New York, Kota Termahal di Dunia
Masalah biaya hidup yang diangkat Mamdani bukan isapan jempol. Menurut data Numbeo pertengahan 2025, New York menjadi kota dengan biaya hidup paling tinggi di dunia. Indeks “Cost of Living Plus Rent” kota ini menjadi acuan global dengan nilai 100. Zurich berada di urutan kedua dengan 93,2, disusul Geneva 90,6, dan San Francisco 85,3. Sepuluh besar diisi kota-kota dari Swiss, Amerika Serikat, dan Singapura.

Indeks tersebut menghitung biaya hidup rata-rata yang mencakup kebutuhan dasar seperti bahan makanan, transportasi, utilitas, makan di luar, dan sewa tempat tinggal. Maka, wajar jika Mamdani menempatkan isu biaya hidup sebagai fokus utama kampanyenya.
Jurang Lebar Antara Gaji dan Kebutuhan
Lalu, seberapa parah ketimpangan penghasilan di kota ini? Studi SmartAsset 2025 menyebut, agar bisa hidup nyaman di New York, seseorang perlu gaji tahunan sekitar USD 136.656. Untuk kebutuhan dasar, pendapatan setelah pajak minimal USD 40.000 sampai USD 100.000 per tahun. Bahkan hidup hemat pun butuh sekitar USD 50.000 atau USD 3.281 per bulan.
Setiap bulan, warga New York rata-rata menghabiskan hampir USD 2,8 ribu untuk sewa rumah, USD 487 untuk bahan makanan dan lebih dari 150 dolar untuk tagihan listrik serta internet. Berikut ini rinciannya berdasarkan SmartAsset 2025:
| Kategori | Rata-Rata Pengeluaran (USD) |
| Sewa (Rent) | 2,892 |
| Bahan Makanan (Groceries) | 497 |
| Transportasi (Transportation) | 132 |
| Tagihan (Bills) | 152 |
| Hiburan (Leisure) | 200 |
| Asuransi Kesehatan (Health Insurance) | 187 |
| Telepon & Internet (Phone and Internet) | 70 |
Di sisi lain, upah minimum New York City per 1 Januari 2025 hanya USD 16,50 per jam. Artinya, jika diasumsikan bekerja 40 jam per minggu, pekerja upah minimum hanya berpenghasilan sekitar USD 2.640 per bulan atau USD 34,320 per tahun. Jumlah ini masih jauh di bawah kebutuhan hidup layak di New York. Angka ini bahkan tak cukup menutup pengeluaran pokok bulanan.
Janji kampanye Mamdani untuk menaikkan upah minimum menjadi 30 dolar per jam pada 2030 dinilai realistis. Target itu akan membawa pendapatan tahunan sekitar 62.400 dolar AS, menutup sebagian jurang ketimpangan yang ada.
Rakyat Memilih Solusi, Bukan Drama
Bagi warga New York, tekanan finansial sehari-hari jauh lebih nyata daripada ancaman politik dari Washington. Ancaman Trump untuk memotong dana federal senilai 7,4 miliar dolar AS dianggap bukan prioritas. Yang penting bagi warga adalah bagaimana bertahan di kota yang semakin mahal.
Pesan dari pemilu ini jelas. Warga New York memilih solusi yang konkret daripada drama politik. Mereka memilih pemimpin yang menawarkan jalan keluar dari krisis hidup sehari-hari.
Kemenangan Zohran Mamdani bukan hanya sejarah, tapi juga bukti perubahan arah politik warga New York. Suara rakyat kini mengikuti logika kebutuhan, bukan retorika elite.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin