Sudah lulusan cumlaude, tapi terjebak sama status pengangguran. Berat…
Sebut saja namanya Alan. Fresh graduate yang baru lulus 3 bulan lalu dari sebuah universitas ternama di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Awalnya Alan berpikir kalau hidupnya akan baik-baik saja setelah lulus dengan predikat cumlaude. Pada kenyataannya, banyak surat lamaran yang ia kirim ke perusahaan belum juga mendapat sinyal positif. Beberapa tak merespons, beberapa lainnya memanggil interview lalu di-ghosting begitu saja.
Sebagai fresh graduate yang merasa tidak ada passion yang bisa dijual, Alan masih bingung mau menjadi apa ke depannya. Mau wirausaha tapi terkendala belum punya modal, kerja di perusahaan tapi belum ada panggilan, atau fokus jadi pengangguran dengan embel-embel cumlaude saja.
Klaim Presiden Tingkat Pengangguran Turun ke Level Terendah Sejak 1998
Presiden RI, Prabowo Subianto, mengatakan tingkat penggangguran di Indonesia mencapai level terendah sejak krisis moneter 1998. Hal itu ia sampaikan saat berpidato dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) serta Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Jumat, 15 Agustus 2025.
“Alhamdulillah, hari ini tingkat pengangguran nasional berhasil turun ke level terendah sejak krisis 1998,” kata Prabowo di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Lantas, bagaimana faktanya?
Tingkat Pengangguran Terbuka 1998-2025 di Kalimantan Timur
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 sebesar 4,76 persen. Angka itu turun 0,06 persen poin dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
“Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat lima orang penganggur dari 100 orang angkatan kerja,” tulis BPS dalam Berita Resmi Statistik Nomor 44/05/Th. XXVIII tentang Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025.
Mengacu pada data BPS, TPT Kaltim pada 1998 mencapai 8,45 persen, lalu melejit hingga 10,99 persen pada 1999. Memasuki abad ke-20 atau pada 2000, TPT nasional berada di level 8,88 persen, dan turun menjadi 6,81 persen pada 2001.
Pada 2002, tingkat pengangguran terbuka melonjak ke angka 11,76 persen. Setahun berikutnya atau pada 2003, TPT di Kaltim sebesar 9,69 persen. Lalu pada 2004, semakin meningkat menjadi 10,39 persen.
Berikut rincian TPT di Kaltim sejak 1998 hingga 2025:
- 1998 : 8,45 persen
- 1999 : 10,99 persen
- 2000 : 8,88 persen
- 2001 : 6,81 persen
- 2002 : 11,76 persen
- 2003 : 9,69 persen
- 2004 : 10,39 persen
- 2005 : 11,17 persen
- 2006 : 13,43 persen
- 2007 : 12,07 persen
- 2008 : 11,11 persen
- 2009 : 10,83 persen
- 2010 : 10,10 persen
- 2011 : 11,43 persen
- 2012 : 9,02 persen
- 2013 : 7,95 persen
- 2014 : 7,38 persen
- 2015 : 7,5 persen
- 2016 : 7,95 persen
- 2017 : 6,91 persen
- 2018 : 6,41 persen
- 2019 : 5,94 persen
- 2020 : 6,87 persen
- 2021 : 6,83 persen
- 2022 : 5,71 persen
- 2023 : 5,31 persen
- 2024 : 5,14 persen
- 2025 : 5,33 persen

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB UNMUL) Purwadi Purwoharsojo menyoroti janji 19 juta lapangan kerja Prabowo-Gibran . Menurut dia, program tersebut harus sudah terlihat, khususnya di Kalimantan Timur.
“Anomali, Kaltim sebagai provinsi kaya sumber daya alam, tetapi pengangguran tinggi,” ujar Purwadi, Rabu (29/10/2025).
Purwadi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat terjadi lantaran berbagai hal, seperti tingginya angka pekerja di sektor informal serta tenaga outsourcing. Kemudian ekonomi Kaltim yang bertumpu pada sektor padat modal, kurangnya tenaga kerja yang tersertifikasi, serta sinkronisasi program Pendidikan vokasi. Sebagai contoh, di Kota Bontang menjadi daerah dengan TPT tertinggi di Kaltim. Padahal di Bontang terdapat industri besar.
“Problemnya tidak hanya sebatas angka statistik, tetapi jauh lebih kompleks. Pemerintah harus gerak cepat untuk transformasi ekonomi dan energi, kalau tidak akan babak belur di tengah ekonomi yang stagnan,” katanya.
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi contoh bagaimana data statistik dapat menimbulkan kesan yang menyesatkan bila tidak dipahami secara utuh. Dia menyebut isu ketenagakerjaan bukan hanya terkait pengangguran, tetapi pekerjaan yang layak juga harus menjadi perhatian. Sektor riil padat karya juga harus dihidupkan agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan.
Masuk 10 Besar Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di Indonesia
Kalimantan Timur masuk ke 10 besar provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia. Ini sangat memprihatinkan, mengingat kondisi perekonomian tidak baik-baik saja. Sebab para lulusan baru ini tidak hanya bersaing dengan generasi sebayanya, tetapi juga bersaing dengan generasi tua yang menjadi korban PHK.
Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2025 sebanyak 2.123.156 orang. Namun tingkat penganggurannya cukup tinggi, sebesar 5,33 persen. Lapangan usaha yang mampu menyerap tambahan tenaga kerja terbesar di Kalimantan Timur adalah sektor pertambangan dan penggalian (46.002 orang).
Meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia menunjukkan tantangan besar dalam dunia kerja, di mana jutaan orang masih berjuang menemukan lapangan pekerjaan yang layak di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil.
Penulis: Desy Alvionita
Editor: Amin