By admin
08.11.25

Kesapuuq-Tudukng: Jati Diri Dayak Tunjung dan Benuaq yang Memecah Rekor MURI

Penyerahan rekor MURI dalam HUT Kubar./IST

MAHAKAMA – Gemuruh sorak sorai di Taman Budaya Sendawar (TBS), Kutai Barat (Kubar), pada 5 November 2025 lalu bukan sekadar perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 kabupaten. Itu adalah deklarasi kebanggaan budaya yang berhasil diabadikan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui pemecahan rekor penggunaan Kesapuuq dan Tudukng terbanyak di dunia.

​Lantas, apa sebetulnya Kesapuuq dan Tudukng ini? Di balik kain dan manik-maniknya yang memikat, tersembunyi warisan sejarah dan filosofi mendalam dari dua sub-suku Dayak utama di Kubar: Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq.

​Asal Usul dan Fungsi Sejarah

Secara historis, Kesapuuq bukanlah aksesoris sembarangan. Ia merupakan kelengkapan wajib dalam berbusana adat dan memiliki peran penting dalam tatanan sosial masyarakat Dayak di masa lampau.

​Penanda Status: Kesapuuq yang dihiasi dengan taring atau bulu binatang tertentu (misalnya, bulu Burung Enggang) sering kali menjadi penanda status sosial, keberanian, atau pencapaian seseorang, terutama bagi para Hajiiq (golongan bangsawan atau raja) dan Mantiiq (pengawal raja) pada masa kerajaan.

​Kelengkapan Ritual: Kesapuuq selalu dikenakan dalam ritual-ritual adat penting, seperti upacara panen (Nalitn Tautn) hingga ritual pengobatan (Beliatn). Dipercaya, penggunaan atribut adat yang lengkap membantu kelancaran komunikasi dengan Saniang (dewa) dan roh-roh baik.

Tudukng memiliki bentuk yang lebih besar dan sering kali lebih detail dalam hiasan dibandingkan Kesapuuq. Secara tradisional, Tudukng terbuat dari anyaman rotan atau daun, lalu ditutup dengan kain dan dihiasi manik-manik.

​Pelindung Sehari-hari: Dalam aktivitas harian, Tudukng berfungsi mirip seperti topi caping yang lebar (Seraung)—melindungi pemakainya dari terik matahari dan hujan, terutama saat berkebun atau beraktivitas di luar rumah.

​Busana Upacara: Dalam konteks upacara adat dan pesta seperti Festival Dahau, Tudukng diubah menjadi mahkota budaya yang mewah, dihiasi manik-manik, kain sulaman, dan terkadang dihias bulu. Hiasan ini menunjukkan status sosial dan kecantikan pemakainya.

Makna Filosofi

​Kesapuuq yang dililit rapi di kepala melambangkan harga diri dan kehormatan. Bentuk lilitannya yang meninggi juga dapat diartikan sebagai orientasi ke atas atau spiritualitas, menunjukkan penghormatan kepada Yang Maha Kuasa dan leluhur yang bersemayam di langit.

​Tudukng: Keanggunan dan Perlindungan Wanita Dayak
​Sementara itu, Tudukng (atau sering juga disebut Tuduukng) adalah penutup kepala khas yang digunakan oleh kaum wanita.

Tudukng melambangkan keanggunan, kebijaksanaan, dan perlindungan. Tudukng yang besar dan kokoh merefleksikan posisi wanita Dayak sebagai penjaga kehidupan dan tradisi keluarga. Penggunaannya dalam jumlah ribuan saat pemecahan rekor MURI ini menjadi representasi visual dari persatuan dan peran sentral wanita dalam menjaga warisan budaya Kubar.

Dari Haru hingga Kebanggaan Dunia

​Antusiasme dan kebanggaan mengalir deras dari seluruh elemen masyarakat yang hadir. Momen bersatu mengenakan Kesapuuq dan Tudukng ini dirasakan sebagai puncak Sempekat, filosofi Kubar yang berarti “bersatu hati dalam kebersamaan”.
​Bupati Kutai Barat, Frederick Edwin, dengan bangga menerima piagam MURI. Ia menegaskan bahwa rekor ini adalah kado istimewa.

​“HUT Kutai Barat ke-26 tahun 2025 ini sangatlah istimewa. Hari ini, Kutai Barat memecahkan rekor nasional ataupun dunia. Belasan ribu peserta mengenakan Kesapuuq dan Tudukng, ini menegaskan komitmen kita melestarikan warisan budaya leluhur. Sempekat bukan hanya sekedar kata, tetapi falsafah hidup masyarakat Kutai Barat,”ungkap Frederick Edwin saat penerimaan piagam MURI, Rabu (5/11/2025

​Rasa haru juga dirasakan langsung oleh peserta. Mereka datang jauh-jauh dari kampungnya sejak pagi.​ “Saya merasa bangga sekali hari ini. Tidak menyangka bisa jadi bagian dari sejarah budaya kami. Kesapuuq ini adalah identitas, dan melihat belasan ribu orang memakainya serentak, itu membuat merinding!”,jelas Darius (Warga Kampung Eheng, Barong Tongkok, Peserta MURI), Rabu (5/11/2025).

​Sementara itu, pihak MURI memberikan sanjungan atas konsistensi Kubar dalam mengangkat warisan budaya lokalnya.

​“Kami (MURI) mendapatkan data awal diperkirakan jumlah pengunjung yang hadir ada sekitar puluhan ribu… Kami mengapresiasi bagaimana Kubar kali ini memecahkan rekor dengan atribut khas Dayak Tunjung dan Benuaq, sejalan dengan Visi MURI, yakni menggelorakan semangat kebanggaan Nasional,”tegas Awan Rahargo, Direktur Marketing MURI, saat penyerahan piagam di TBS, Rabu (5/11/2025).

​Dengan pencapaian ini, Kutai Barat tidak hanya menorehkan sejarah di tingkat nasional, tetapi juga mengirimkan pesan kuat ke seluruh dunia tentang kekayaan dan kelestarian budaya Dayak Tunjung dan Benuaq.

Penulis : Redaksi

Trending

https://flybharathi.com/airlines/