Mahakama.co.id – Kepala Desa Giri Agung, Supriyadi, tetap memegang teguh komitmennya dalam menyukseskan program penanaman jagung hibrida di desanya, meskipun menghadapi tantangan yang cukup besar. Salah satunya adalah rendahnya minat warga untuk menggarap lahan pertanian jagung.
“Program ini sebenarnya sudah kami siapkan dengan berbagai dukungan, tapi memang tidak mudah menarik minat petani,” ujar Supri.
Pemdes Giri Agung, yang berada di Kecamatan Sebulu, telah memperbaiki sejumlah infrastruktur pendukung seperti jalan menuju lahan pertanian, agar akses ke ladang jagung menjadi lebih mudah. Selain itu, bantuan juga datang dari perusahaan dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kutai Kartanegara, berupa bibit, pupuk, dan obat tanaman.
Bahkan, perusahaan telah menyatakan kesediaan membeli hasil panen dengan harga Rp 4.000 per kilogram. Namun, harga ini dianggap terlalu rendah oleh petani, yang membandingkan dengan harga jagung di pasar lokal yang bisa mencapai Rp 7.000 per kilogram.
“Makanya susah cari yang mau tanam jagung. Apalagi mereka anggap harga Rp 4.000 itu rendah. Petani lihat harga di pasar bisa sampai Rp 7.000,” ungkapnya.
Di sisi lain, mayoritas warga lebih memilih bekerja sebagai buruh di sektor kelapa sawit dan karet, yang memberikan penghasilan bulanan antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. Sementara menanam jagung membutuhkan waktu sekitar empat bulan sebelum bisa dipanen.
“Kita tahu penghasilan dari karet dan sawit lebih cepat terasa. Tapi kalau tidak ada yang mau tanam, kapan desa ini mandiri pangan” katanya.
Supriyadi juga menyoroti potensi lahan pertanian di desanya. Dari total luas sekitar 11.000 meter persegi, baru sekitar 6.000 meter persegi yang digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Sisanya masih berupa lahan tidur.
“Masih sekitar 60 persen lahan yang belum dimanfaatkan. Kalau soal lahan, kita sangat cukup untuk kembangkan jagung. Tinggal kemauan saja,” tegasnya.
Meski penuh tantangan, Pemdes Giri Agung tidak akan mundur. Mereka berharap kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan kesadaran masyarakat bisa membawa perubahan.
“Program penanaman jagung akan tetap berjalan demi masa depan pertanian desa,” pungkasnya. (Adv/DiskominfoKukar)