MAHAKAMA.CO.ID – Ruang gerak masyarakat Pulau Maratua, sebagai pulau terluar di kabupaten Berau terbatas dalam waktu tertentu. Terutama saat musim angin dengan gelombang besar. Maratua harus memiliki alternatif transportasi udara yang maksimal operasinya. Hal itu ditegaskan Anggota DPRD Berau, Sa’ga. Jalur laut sampai saat ini masih menjadi transportasi andalan untuk mengangkut bahan kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan seperti material bangunan.
Tetapi saat musim gelombang, transportasi ini terhenti sementara waktu. Tentunya membuat ada banyak penundaan keberangkatan bahan kebutuhan menuju pulau yang wilayah perairannya berbatasan dengan negara tetangga Filipina dan Malaysia. “Jadi kita berupaya bagaimana agar mobilitas angkutan barang kebutuhan sehari-hari dan orang bisa lancar meskipun musim gelombang, alternatif satu-satunya ya pesawat, saat ini sudah ada bandara di Maratua, tetapi belum maksimal menunjang harapan itu,” jelasnya. Pemerintah pusat telah membuat kebijakan khusus untuk subsidi penerbangan ke Bandara Maratua.
Tetapi dirasa bahwa jadwal penerbangan ke Maratua dinilai masih sangat kecil. “Hitungannya satu setengah, minggu pertama sekali seminggu kemudian penerbangan kedua setelah dua minggu berikutnya,kami meminta jika bisa rutin dalam seminggu, jika bisa seminggu dua kali,” jelas Politisi PPP ini. Hal ini disampaikan langsung kepada dinas perhubungan provinsi kaltim baru-baru ini. dalam kunjungan itu, diterangkan bahwa DPRD Berau juga didampingi oleh pihak Dinas Perhubungan Berau membahas transportasi udara ke daerah sangat terpencil dalam hal ini Pulau Maratua dan sekitarnya.
Sebagai pulau terluar, Maratua diharapkan bisa tumbuh menjadi sebuah kawasan ekonomi dengan basis potensi daerah objek wisatanya. Namun dijelaskan, bahwa untuk item subsidi pemerintah terhadap transportasi pnerbangan ke pulau ini tidak khusus untuk sektor pariwisata melainkan untuk reguler masyarakat pulau tersebut. Berkaitan dengan transportasi orang dan barang. (adv)
