By admin
13.11.23

Emansipasi di Mata Legislator Wanita Berau

BANNER DPRD BERAU

MAHAKAMA.CO.ID – Tidak dipungkiri diera modern ini sudah sangat banyak wanita yang mencapai titik atas emansipasi wanita. Namun sebagai kaum hawa, untuk tetap mengingat kodratnya sebagai seorang istri dan ibu. Wakil Ketua I DPRD Berau, Syarifatul Syadiah menyebutkan, melihat perkembangan saat ini memang sudah banyak wanita yang memenuhi arti emansipasi wanita.

” Namun demikian, meskipun wanita juga sudah mengikuti perkembangan zaman seperti sekarang, tapi jangan lupakan sebagai seorang istri dan ibu yang memiliki tanggung jawab penuh kepada keluarganya,” ungkap Sari, sapaan akrabnya.

Mantan ketua DPRD Berau ini mengakui memang jika dibandingkan dengan kaum adam, perempuan masih jauh dalam komposisi menduduki porsi di parlemen Berau. Tetapi memberikan motivasi besar bagi kaum perempuan untuk berkiprah sesuai kemampuan dan cita-citanya.

Namun disisi lain, sebagai seorang wanita dia juga mengingatkan tanggung jawab besar disamping karier adalah keluarga. Melayani suami dan mendidik anak merupakan tanggung jawab utama seorang wanita didalam lingkungan keluarga.

Sementara itu, srikandi lainnya di DPRD Berau yang juga berasal dari Golkar seperti Syarifatul Sya’diah, Elita Herlina mengakui bahwa saat ini emansipasi sudah menjadi bagian kehidupan sosial di masyarakat tidak hanya Indonesia tapi juga dunia.

Namun yang menjadi perhatiannya yakni masih adanya kekurangan dalam memaknai emansipasi. “Jadi jangan hanya sebatas seremonial saja, tapi jauh lebih dalam dan luas lagi,” sebut Politisi Golkar ini.

Elita yang juga mantan Ketua DPRD Berau ini kembali mempertanyakan sejauh mana keberhasilan emansipasi wanita sekarang. Indikator keberhasilan perlu kembali diteliti. Sebab perilaku wanita dalam konsep emansipasi wanita tidak sebatas pencapaian profesi yang sama dengan kaum pria melainkan keberhasilannya harus lebih luas lagi.

Tidak hanya oleh pelaku emansipasi melainkan oleh semua lapisan masyarakat. ” Sampai sekarang kita masih mendengar kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga,eksploitasi perempuan, bentuk kenakalan anak yang meningkat, itu bisa jadi tolak ukur juga,” jelasnya.

Sebab, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang biasanya menjadi korban adalah wanita dan anak. Emansipasi dimintanya dapat mencakup aspek ini. Memperkecil kesenjangan antara kaum pria dan wanita memang jadi salah satu ukurannya, tapi tidak mutlak.(adv)

Trending