Mahakama.co.id – Laju perubahan iklim dan fluktuasi pasar, Desa Embalut di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, tetap menjadikan sektor perikanan sebagai tulang punggung ekonomi warganya. Meski sektor perkebunan mulai tumbuh, aktivitas menangkap dan membudidayakan ikan masih menjadi denyut utama kehidupan masyarakat desa.
Kepala Desa Embalut, Yahya, menegaskan bahwa ketergantungan terhadap sektor perikanan belum tergantikan. “Mayoritas warga di sini masih menggantungkan hidup dari perikanan. Baik dari hasil tangkapan di sungai maupun budidaya air tawar,” ujarnya.
Untuk memperkuat sektor tersebut, pemerintah desa tidak tinggal diam. Sejumlah program digulirkan untuk membekali nelayan dan pembudidaya dengan pengetahuan dan sarana pendukung. Mulai dari bantuan alat tangkap yang efisien, pelatihan teknik budidaya, hingga pendampingan pemasaran produk ke luar desa, Senin (20/4/2025).
“Yang kami inginkan bukan hanya sekadar panen, tapi bagaimana panen itu bisa terus berkelanjutan. Makanya pendekatannya harus menyeluruh, dari hulu sampai hilir,” terang Yahya.
Namun, sektor perikanan di Embalut juga menghadapi tantangan nyata. Perubahan pola cuaca yang tidak menentu telah berdampak pada siklus penangkapan ikan. Populasi ikan di perairan umum semakin menyusut, sementara harga jual ikan kerap bergejolak di pasar.
Menjawab tantangan itu, Desa Embalut mulai melirik teknologi ramah lingkungan sebagai solusi jangka panjang. Teknologi seperti sistem bioflok dan resirkulasi aquaculture kini mulai diterapkan oleh sebagian warga. Sistem ini memungkinkan budidaya ikan dengan air yang bisa dipakai ulang, sehingga lebih efisien dan minim dampak terhadap lingkungan.
“Dengan bioflok, kami bisa memelihara ikan lebih banyak dalam lahan sempit. Selain hemat air, sistem ini juga lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem,” kata Suryadi, salah satu pembudidaya ikan yang sudah memakai teknologi ini sejak tahun lalu.
Langkah ini dinilai sebagai strategi adaptif yang tak hanya mempertahankan produksi, tapi juga menjaga ekosistem sekitar. “Kami tidak ingin mengejar hasil hari ini dengan mengorbankan masa depan. Teknologi ini memberi kami harapan baru,” tambah Suryadi.
Yahya menegaskan pentingnya dukungan lintas sektor untuk keberhasilan program perikanan berkelanjutan. “Perlu sinergi antara pemerintah desa, daerah, dan juga pihak swasta. Kalau kita bisa berkolaborasi, Embalut bisa jadi contoh desa tangguh dalam pengelolaan sumber daya alam,” tutupnya.
Perikanan di Embalut bukan sekadar sumber penghasilan. Ia adalah identitas yang telah melekat erat dalam kehidupan sosial dan budaya warganya sejak lama. Dengan sentuhan teknologi hijau, warisan ini diharapkan tetap hidup dan berkembang di tengah tantangan zaman. (Adv/DiskominfoKukar)