

Mahakama.co.id – Dengan penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kabupaten Berau 2024, legislatif Berau menyarankan tetap ada upaya membuka kran-kran pendapatan asli daerah dari sumber potensial yang ada. Dengan tidak bertumpu pada sektor bagi hasil bumi seperti batubara yang tidak tergantikan.
Anggota DPRD Berau, Rudi Parasian Mangunsong mengungkapkan, bahwa Berau memiliki sumber penghasilan yang sangat besar dari banyak sektor. Pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan,pariwisata dan sumber daya alam lainnya terutama batubara.
“Tetapi kita tahu, batubara ini suatu saat akan habis dan tidak terbarukan, makanya kita perlu menggali sumber yang ada atau potensial, misalnya pariwisata, kita sudah punya objeknya yang banyak, sudah terkenal dan tinggal bagaimana mengelolanya lagi,” ujarnya.
Sebab dengan kondisi keuangan daerah yang hanya mengandalkan batubara, diprediksikan akan timpang saat batubara Berau sudah habis. Belum lagi sektor ini juga mengalami turun naik tergantung harga pasaran dunia.
Seperti kejadian tahun-tahun sebelumnya yang membuat APBD Berau turun drastis. Sebab Berau mengandalkan dana perimbangan yang menopang sekitar 60 persen APBD daerah.
“Jadi menurut saya sektor PAD yang seharusnya ditingkatkan, pertambangan keok kasihan pekerja, cara sudut pandangnya bahwa melihat tambang tidak bisa untuk jangka panjang maka potensi alam kita ini memang menunjang untuk kegiatan pembangunan,” ulasnya.
Rudi menyebutkan, jika ranah tersebut bertumpu pada komitmen Bapelitbang. Unsur kepala daerah dalam menentukan kebijakan besaran anggaran juga masuk dalam merealisasikan harapan tersebut.
Sebab kepala daerah juga menghimpun data skala prioritas yang disampaikan oleh masing-masing kepala daerah. Termasuk juga dari kepala dinasnya, sampaikan apa saja masalahnya, kendalanya dan upayanya dalam mengejar porsi anggaran lebih besar.
Kepala daerah, Bapelitbang dan kepala dinas menjadi penentu bagi jayanya sektor potensial Berau yang digadang menjadi pengganti sektor batu bara.
Dirinya berharap kegiatan setiap tahun tidak hanya terfokus pada kegiatan rutin dan formalitas.Tetapi bisa menghitung nilai tukar dalam pengembangan satu program. “Capaian standar formalitas saya liat misalnya target produksi ada angka, sudah cukup itu, padahal kalau kelapangan kita tahu persis, sesuai target misalnya, tetapi bicara petani padi sengsaranya bukan main, jadi tidak sampai mengukur nilai tukar, untuk menghitung tindakan mereka kesejahteraan mereka rendah sekali,”tutupnya. (adv)